Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

AYAT MAS


Moving Image
Ditanam,disiram,bertumbuh,berbuat dan berbuah lebat.

A Heart for God




‘Passion’ adalah sebuah istilah populer dan sering kita dengar pada zaman ini. Di sekolah, kampus maupun tempat kerja, istilah ini terus didengungkan dengan gencarnya. 

Hal ini dipandang sangat penting untuk kehidupan, karena seseorang yang menjalankan hidup dengan passion dianggap mampu teguh bertahan menghadapi tantangan dan akan memiliki performa yang sangat baik bahkan menginspirasi orang-orang sekitarnya. 

Tokoh-tokoh seperti Steve Jobs, Bill Gates, dan Mark Zuckerberg adalah contoh orang-orang yang dianggap menjalankan hidupnya dengan passion

Mereka adalah orang-orang yang menjalankan hidupnya dengan sepenuh hati dan tanpa paksaan. Mereka mendedikasikan seluruh hidup bagi passion-nya, sehingga berhasil meraih kesuksesan.

Demi kesuksesan dan kepuasan diri, banyak orang yang memiliki passion. Mereka rela untuk mati-matian mengorbankan segala sesuatu demi mengejar apa yang menjadi passion mereka. Kerja hingga larut malam, bepergian jauh hingga memeras seluruh waktu dan tenaga, semua itu rela mereka berikan. 

Di saat kita memiliki passion bagi sesuatu berarti memberikan segenap hati kita bagi hal tersebut. Hati mereka dipersembahkan bagi impian dan kepuasan diri. Inilah teladan yang diberikan dunia bagi generasi muda pada zaman ini, dengan mati-matian mengejar apa yang menjadi passion hati mereka. Benarkah semangat ini? 

Alkitab menyatakan dengan tegas mengenai adanya perbedaan kualitas antara Pencipta dengan ciptaan, antara Allah dan manusia. Berdasarkan perbedaan ini, kita harus menyadari bahwa ciptaan dicipta bagi pencipta. Sebagai ciptaan, setiap manusia perlu mendedikasikan hidupnya kepada pencipta; passion kita seharusnya dipusatkan kepada Allah. 

Oleh karena itu, semangat yang berpusat kepada diri adalah semangat yang bertentangan dengan kebenaran firman Allah. Tuhan memberikan passion di dalam diri kita dengan tujuan untuk memuliakan diri-Nya, tetapi manusia yang berdosa mengalihkannya dan menarik passion itu bagi kemuliaan dirinya sendiri. 

Berdasarkan pengertian ini kita harus dengan jeli melihat ada fenomena yang terjadi di zaman ini, bukan hanya di dunia sekuler tetapi juga di dalam gereja. Dengan begitu mudahnya, pemuda-pemudi zaman ini terinspirasi orang-orang yang menjalankan hidup dengan passion

Etos kerja yang tinggi, dedikasi hidup yang total, semangat yang terus berkobar-kobar dalam mengerjakan apa yang mereka anggap sebagai passion

Di dalam konteks gereja, kita akan menjumpai orang-orang yang dengan gigih dan semangatnya mengerjakan pelayanan mereka bahkan hingga membayar harga yang besar bagi pelayanannya. 

Tetapi kembali kita harus melihat bahwa itu hanya salah satu indikator yang belum tentu membuktikan keabsahan passion mereka berdasarkan Alkitab.

Seorang yang benar-benar mempersembahkan hatinya kepada Allah akan memiliki semangat yang terus berkobar-kobar dan dedikasi yang total bagi apa yang Tuhan percayakan baginya, tetapi seorang yang terlihat bekerja keras dengan dedikasi yang total belum tentu seorang yang mempersembahkan hatinya kepada Allah. 

Lalu bagaimana kita mengetahui akan kesungguhan dan keabsahan hati seseorang? Dengan pengujian waktu. Kita bisa mempelajari secara singkat dari satu tokoh di dalam Alkitab dan satu tokoh di dalam sejarah gereja yaitu Daud dan John Calvin. 

Daud adalah tokoh Alkitab yang dikatakan sebagai “the man after God’s own heart”. Sejak muda Alkitab mencatatkan perbedaan yang sangat kontras akan karakter dan pembentukan Daud dengan Saul. Saul dipilih menjadi raja oleh bangsa Israel karena fisiknya yang menarik dan besar tetapi Daud dipilih menjadi raja karena Allah membentuknya serta terus menyertainya. 

Dicatatkan juga bahwa Daud adalah seorang yang selalu bertanggung jawab dengan apa yang dipercayakan kepadanya serta selalu bergantung kepada Allah, sehingga kehidupannya hampir selalu diwarnai kemenangan demi kemenangan. Meskipun demikian, Daud tidak pernah mengambil kemuliaan dari kemenangan-kemenangan yang ia peroleh tetapi Ia selalu mengembalikannya bagi kemuliaan Allah. 

Kehidupannya tidak hanya diwarnai dengan keberhasilan, ada juga kegagalan bahkan kejatuhan dalam dosa yang ia alami. Tetapi yang menjadikannya tetap dihormati sebagai ‘the man after God’s own heart’ adalah sikapnya di hadapan Allah.
Di dalam kejatuhannya ke dalam dosa, Ia tetap memiliki hati yang lembut, yang taat, dan yang mencintai Allah. Ia dengan benar meresponi teguran serta hukuman sebagai konsekuensi dari dosanya. Daud adalah seorang yang memiliki hati yang teruji mencintai Allah. Keteguhan hati Daud yang dipersembahkan kepada Allah dengan jelas tampak melalui perjalanan hidupnya baik saat ia berada di puncak keberhasilan maupun di dalam  lembah kegagalan. 

Banyak orang Kristen yang mengatakan dirinya mengasihi Allah tetapi di saat ia mendapatkan teguran atas kesalahan atau keberdosaannya, ia pergi meninggalkan komunitas orang percaya bahkan meninggalkan Tuhan. 

Ada juga yang dengan giat melayani tetapi di saat hatinya tersinggung karena kritikan ia pun meninggalkan pelayanannya. Hal ini hanya membuktikan kesombongan hati mereka yang tidak mau ditegur. Tetapi hati yang dipersembahkan kepada Allah adalah hati yang siap dibentuk dan dipimpin Allah di setiap situasi yang Tuhan berikan maupun izinkan terjadi di dalam hidupnya.
Tokoh yang berikutnya adalah John Calvin. Ia adalah reformator yang kita kenal baik, karena melalui pemikiran dan pengajaran yang ia berikan, Theologi Reformed diformulasikan dengan begitu kokoh, tetapi tetap relevan bagi setiap zaman dan teruji paling konsisten kepada kebenaran Alkitab. Salah satu magnum opus dari John Calvin adalah ‘Institute of Christian Religion’. Karya ini tetap dianggap sebagai karya penting yang mengubahkan dunia dan terus menjadi referensi utama dalam pembelajaran theologi hingga saat ini. Bahkan, kalau kita mempelajari akan sejarah hidupnya, kita akan menjumpai bahwa keberadaan seorang John Calvin begitu signifikan dan krusial bagi zamannya. Kota Genewa yang sebelumnya tidak memiliki signifikasi, di dalam waktu yang singkat berubah menjadi kota yang sangat penting; yang salah satunya adalah sebagai pusat pendidikan. Keberhasilan demi keberhasilan dapat tercapai, tetapi John Calvin tidak pernah menganggap itu adalah keberhasilan dirinya. Ia tetap memiliki kerendahan hati di hadapan Allah dan ia selalu menganggap dirinya sebagai hamba yang tidak berguna. Semua ini lahir dari hati yang begitu mencintai Tuhan. Salah satu semboyan hidupnya yang terus diingat hingga zaman ini adalah “Cor meum tibi offero, Domine, prompte et sincere” (My heart I offer, Lord, promptly and sincerely). Hati yang secara konsisten dipersembahkan kepada Allah.
Kehidupan pemuda Kristen yang sejati bukan ditandai dengan tingginya aktivitas rohani yang dikerjakan, atau dari banyak buku yang ia baca. Kehidupan pemuda Kristen yang sejati dimulai dari hati yang dipersembahkan kepada Allah. Dari hati yang seperti inilah lahir aktivitas rohani dan kecintaan akan kebenaran yang otentik. Keotentikan yang akan teruji oleh segala situasi baik maupun buruk serta teruji secara konsisten oleh waktu. Maukah kita menjadi pemuda Kristen yang mempersembahkan hati kita kepada Allah ?
(source:http://pemuda.stemi.id/article/a-heart-for-god)










Posting Komentar untuk "A Heart for God"